Rabu, 03 September 2008

Cakram Rindu

Kita pun sering berlarian di antara mimpi, kenyataan, harapan tak terduga dan terkadang ngayawara. Antara kesangsian dan sorga hanya ada satu kata: "kerinduan". Dan perputaran hidup yang bagai gasing adalah sebuah cakram, terus setia mengintai dan menjaga kemanapun kita berpaling.Kerinduan terkadang menjelma sebagai sebongkah impian tanpa batas. Berlari dari tepi hati ketepi telaga sunyi. Seperti "kau" yang juga tak terjaring di garis tapal batas keheninganku.

3 komentar:

senorita-dinna mengatakan...

Menurut saya pribadi kreativitas itu bagus. Tapi kreativitas sebagai buah dari ide dan pemikiran seseorang masih sangat dibatasi oleh nilai-nilai/values atau hal-hal yang sudah (sengaja maupun tidak) dipatenkan dalam masyarakat. Nilai-nilai yang, maaf, sudah ‘membudaya’. Nilai-nilai yang mengekang kebebasan berpikir kita sebagai makhluk berotak, makhluk dengan pusat kognisi yang seharusnya tidak dikekang dengan ‘isme-isme’ atau ideologi-ideologi blah-blah-blah whatsoever itu. Kita sebagai ini tidak boleh begitu, kita sebagai itu tidak boleh begini. Kita sebagai ini seharusnya begini. Kita sebagai itu seharusnya begitu. Sadar atau tidak, menurut saya kreativitas kita (khususnya dalam menginterpretasikan sesuatu) sudah berada dalam posisi sedemikian subordinat dari isme-isme tadi. So, PR kita adalah (khususnya untuk saya pribadi) bagaimana kebebasan berpikir kita menghasilkan sesuatu yang useful. Yang bisa membebaskan kita dari kekangan yang tidak kasat mata tadi. Sedikit postmo mungkin. Hmmmm…saya mungkin termasuk dalam golongan ini: generasi muda jaman sekarang yang punya tendensi untuk memberontak. Heheheh. Cheers!

Napak Tilas mengatakan...

Kreativitas kita mati, tak berdaya, karena beberapa faktor (a) pendidikan, (b) kritikan, dan (c) tekanan hidup. Pendidikan kita dari SD sampai PT didominasi oleh hapalan, bukan menawarkan dunia eksplorasi. Hal ini menyebabkan kreativitas kita tumpul. Kata "pintu" misalnya dalam pikiran kita selalu tertuju pada sebuah papan/kayu berbentuk segi empat yang berfungsi untuk tempat keluar masuk seseorang. Jarang ada yang berpikir bahwa "pintu" dapat berujud sajadah, liang lahat, altar, dsb. Di sisi lain kita selalu merasa rendah diri kalau mendapat kritikan. Begitu dikritik bahwa suara kita jelek, lalu kita pilih menyembunyikan diri, tidak mau menyanyi lagi.... Kita juga tidak lagi bisa punya waktu untuk mengembangkan kreativitas ketika pekerjaan menumpuk, tekanan hidup begitu tinggi, sehingga untuk menyisihkan waktu berleha-leha saja kita tidak punya.....

Dunia Bawah Rembulan mengatakan...

Yeah. Di dunia-yang katanya membuat "semua" menjadikannya cepat-ini selayak dan sepantasnya bercakram. Di sini bercakram rindu. Di sana entah cakram apalagi. Pokoknya bercakram. hmm.